Dalam upaya mengelola sumber daya manusia secara efektif, banyak perusahaan kini beralih dari absensi manual ke absensi digital yang lebih akurat dan efisien. Dua teknologi biometrik yang paling umum digunakan adalah fingerprint scanner dan face recognition.
Lalu, manakah di antara keduanya yang lebih unggul? Berikut adalah analisis komparatif absensi fingerprint dan face recognition dari berbagai aspek:
Akurasi dan Keamanan Fingerprint scanner bekerja berdasarkan pola alur sidik jari yang unik pada setiap individu. Dengan demikian, tingkat akurasi identifikasi individu sangat tinggi mencapai 99%. Namun, penggunaan shared ID atau buddy punching tetap memungkinkan kecurangan absensi.
Sementara pada face recognition, akurasi identifikasi wajah berkisar 90-95% tergantung faktor pencahayaan dan sudut wajah. Face recognition juga rawan terhadap penipuan lewat foto wajah atau video deepfake. Jadi, fingerprint scanner lebih unggul dalam hal akurasi dan keamanan.
Kecepatan Proses Fingerprint scanner membutuhkan waktu kurang dari 1 detik untuk proses skanning sidik jari. Demikian pula face recognition mampu melakukan identifikasi wajah dalam waktu singkat di bawah 1 detik. Dari sisi kecepatan, kedua teknologi relatif sebanding.
Biaya Investasi dan Perawatan Mesin absensi fingerprint umumnya dijual dengan harga di bawah Rp 2 juta per unitnya. Sementara device face recognition membutuhkan investasi sekitar Rp 8 jutaan atau lebih. Dari sisi biaya, fingerprint scanner lebih murah untuk diimplementasikan.
Faktor Eksternal dan Kenyamanan Fingerprint scanner rentan gagal membaca pola sidik jari akibat kondisi jari yang basah, kotor, atau terluka. Face recognition relatif lebih fleksibel dalam mengidentifikasi wajah meski dalam kondisi berkeringat atau basah. Ditinjau dari sisi user experience, face recognition lebih unggul.
Kesimpulan Masing-masing metode absensi biometrik memiliki keunggulan dan kelemahannya. Fingerprint scanner lebih akurat, aman, dan ekonomis. Sementara face recognition lebih fleksibel dan nyaman bagi pengguna. Pemilihan teknologi yang tepat bergantung pada budaya perusahaan, jumlah karyawan, dan anggaran yang tersedia.